Monday 27 April 2009

eko·no·mi

Cita-cita gue adalah menjadi seorang Presiden. Iya, Presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gak tau deh tuh berapa taun lagi bakal kesampean *tertawa*. Yang pasti, by the time I got elected someday, I have to be ready.

Gak jarang gue mikirin cara-cara memperbaiki keadaan negara ini. Misalnya, gimana cara menambal retak pada badan pemerintahan yang udah membuat negara ini ikut rapuh, atau gimana sebaiknya sistem pendidikan di Indonesia disusun supaya bisa mengasah dan mendidik para tunas bangsa agar menjadi insan yang lebih produktif di masa mendatang, atau gimana caranya memperbaiki kondisi perekonomian dari rantai yang udah mengikat Indonesia di pagar krisis selama bertahun-tahun.

Caelah, bahasa gue. Udah cocok belum tuh jadi Presiden?

Ekonomi, salah satu yang paling sering gue pikirin. Yah, biarpun dengan kesotoyan dan segala keterbatasan gue di bidang ekonomi, tapi gue sering wondering tentang perekonomian negara kita tercinta ini.

Barusan gue baca di kas**s, sebuah thread berisi tulisan seorang Andy F Noya (itu loh, host acara Kick Andy di Metro TV) dan disitu disebut sepintas tentang nilai uang jaman dia masih muda.

Tahun 1970an, 1 kaca spion mobil hanya seharga Rp 2000. Saat itu, duit segitu udah terhitung banyak. Sekarang, Rp 2000 bisa beli apa? Paling kerupuk udang 2 bungkus buat temen makan nasi goreng. Sama sekali gak ada apa-apanya dibanding kaca spion mobil.

Tahun 1990an, dengan uang Rp 500 udah bisa beli seporsi gado-gado, pake lontong lagi! Bayangin, betapa duit 500 perak bisa bikin perut kenyang. Sekarang, Rp 500 mungkin cuma bisa beli aqua gelas, atau teh tawar di warung makan pinggir jalan. Boro-boro gado-gado, buat beli minum juga dehidrasi gak dijamin bisa ilang.

Coba kita tengok lebih dekat tentang keadaan ekonomi hari ini...

Untuk bisa makan kenyang, di kantin kampus atau warteg mungkin cuma butuh sekitar Rp 10,000-Rp 20,000, sementara di mal atau restoran-restoran yang lebih besar butuh sekitar Rp 30,000- >Rp 100,000.

Contoh simpelnya sih gitu aja.

Yang bikin gue penasaran, apa gak bisa kita pake sistem kayak gunting Syafrudin gitu, biar nilai uang gak terlalu besar? Atau apa itu malah bisa membawa kerugian tersendiri bagi negara dalam jangka panjang?

I do need to hear what you think. Feel free to comment! (:

Monday 6 April 2009

A Love Talk On A Rainbow Afternoon.

Gue sering mikir, kenapa (bagi sebagian besar orang) kalo orang mau pacaran harus pake tembak-tembakan segala? Ya, kenapa harus diminta untuk jadi pacar. Padahal menurut gue, you don't ask for love. Love flows. And all you need to do is: to go with it. It'll lead you somewhere eventually.

Well, at first I even thought, love has no reason.

Apa perlu menjabarkan segunung alasan kenapa lo mencintai orang lain?
Even more confusing for me, apa perlu punya alasan untuk mencintai orang lain?

Gue jatuh cinta sama seseorang. After all this time,
sangat sulit bagi gue untuk ngasih 1 aja alasan untuk menjawab: kenapa gue bisa jatuh cinta sama dia?

oh and again, after all this time, why can't i stop?

Kemarin sore, gue melihat pelangi. Bagus banget. Udah 10 taun gue ga liat pelangi. Dan walaupun itu cuma ilusi, gue sangat menikmati pemandangannya. Tapi kok.. the more I focus on the rainbow, the harder I can see it. Dan setelah 10 taun, gue baru sadar tentang itu. I love looking at the rainbow. Tapi 10 taun yg lalu, gue ga benar-benar memantek pandangan gue ke pelangi ini.

Gue cuma...

Menikmati pemandangannya. Wonderful. Charming.

I can finally understand, love is just like a rainbow.
That even after the worst rain, when the sun come shines, there it is: rainbow. Such beautiful illusion. Something you can't touch, something you can't reach, only something that makes you feel better. Something colorful that you can see through. Something so great that can always comforts you.

I realize, that love does happen for a reason,
but I don't need to have a reason to enjoy its wonder.